Hari sudah menjelang Maghrib pada Kamis petang, 25 Agustus 2022, tiket masuk Rumah Hantu Malioboro Rp 35 ribu sudah di tangan.
Wahana uji nyali yang baru dibuka 15 April 2022 itu direncanakan akan berakhir pada 6 September 2022 mendatang.
Menurut petugas di loket, Nanda, tidak menutup kemungkinan akan diperpanjang hingga akhir September, bahkan akhir Desember.
“Tergantung antusiasme pengunjung,” kata Nanda saat ditemui Tempo sore itu.
Sebelum berakhir, tak salah menjajal wahana rumah hantu itu.
Jumlah pengunjung yang masuk dibatasi.
Sekali masuk maksimal enam orang.
Selain pandemi Covid-19 belum berakhir, pembatasan itu juga karena ruangan dalam wahana tak luas.
“Kalau sekali masuk banyak orang, yang takut nanti hantunya,” gurau Swares, kru lain yang mengenakan jubah serba hitam dengan tudung kepala.
Terbayang bagaimana suasana di dalam bangunan bekas Mal Malioboro itu.
Gelap, seram, ‘berhantu’.
Sembari menunggu pengunjung lain, saya melihat-lihat suasana di depan pintu masuk wahana yang disebut pos satu.
Dua boneka berkostum serba putih yang sudah kumal berdiri menyambut.
Wajah kedua boneka coreng moreng.
Ada lagi satu boneka serupa berada di bilik loket.
Menemani petugas loket melayani calon pembeli tiket.
Suasana di situ tak seram, karena lampu terang benderang.
Sementara suara-suara tawa cekikikan, juga tangisan terdengar kencang dan saling sahut di sisi luar bangunan.
Menggoda lalu lalang orang di trotoar Malioboro yang lewat untuk berhenti sejenak.
Setidaknya ada dua kemungkinan.
Orang tak peduli atau malah membuat penasaran untuk masuk, meski pun takut.
Dan tiap malam Jumat itu, ada program khusus yang dihadirkan, yakni jurit malam.
Bedanya dengan program regular, ruangan dalam wahana benar-benar gelap tanpa lampu.
Satu rombongan pengunjung akan dibekali dua senter kecil untuk membantu penerangan.
Dan jurit malam dibuka malam hari mulai pukul 18.30 – 22.00.
Akhirnya, rombongan Zahra Fadillah, 20 tahun dari Klaten, Jawa Tengah datang dan bersiap masuk.
Total berlima kami dalam satu rombongan.
Dari pos satu, kami menuju pos dua.
Ruangannya lebih luas dan lampu yang remang-remang masih cukup menerangi.
Ada pagar kayu berjejer untuk mengatur antrean pengunjung sebelum masuk.
Menurut Swares, dua bulan pertama pembukaan wahana itu, pengunjung membeludak.
“Antrean panjang sampai ujung Jalan Dagen,” kata Swares.
Kurang lebih ada 50 meter dari depan wahana.
Di ruangan itu, kami disambut boneka genderuwo yang bertubuh besar, bermata lebar, gigi tak beraturan, lidah menjulur panjang, dan rambut gondrong.
Boneka itu di samping pintu masuk pos selanjutnya.
Bagian atas pintu yang lebar itu dihiasi ornamen muka raksasa dengan gigi taring dan gigi serinya yang berjejer serba besar.
Sementara pintu itu ditutup kain hitam.